Thursday, April 03, 2008

Jangan Ketipu Obat Seks

Banyak pria mendambakan menjadi perkasa. Apa pun dilakukan untuk memperoleh kepuasan gaya hidup memburu nikmat ini. Apalagi kebanyakan pria sangat mudah untuk ‘on’ namun gampang ‘off’-nya. Sehingga pria rela melakukan apapun untuk kepuasan seksnya dan tetap ‘on’.

Hal inilah yang kerap menjerumuskan kaum pria mencoba berbagai hal. Salah satunya dengan cara mengonsumsi obat kuat. Tragisnya obat-obatan itu banyak yang tidak memberikan solusi. Justru menimbulkan masalah baru. Tak jarang para pencari keperkasaan ini menemui ajal.

Parahnya lagi keinginan pria untuk perkasa dengan obat kuat seks tidak hanya ditemui di kota-kota besar, melainkan hingga pelosok desa dari muda hingga tua. Apalagi para pria yang memakai obat-obatan tersebut tanpa dibekali pengetahuan yang cukup tentang kegunaan dan efek samping obat tersebut.


Dokter Bambang Sukamto, DMSH dari on clinic, Jakarta mengungkapkan besarnya minat kaum pria terhadap obat-obat yang meningkatkan kejantanan ini tak terlepas dari berbagai mitos yang mengibaratkan pria sebagai simbol kekuatan dan kejantanan. “Walau penampilan dirinya macho dan memiliki materi yang banyak, tapi saat di atas ranjang cepat loyo membuat harga diri dan rasa percaya dirinya hilang,” ujarnya.

Hal inilah yang membuat banyak pria jadi ‘uring-uringan’ kala merasa cepat capai di ranjang. Apalagi, mereka enggan mengakui kelemahannya kepada dokter atau istri sekalipun. Sehingga jurus coba-coba pun mereka terapkan untuk mengembalikan kejantanannya. Tindakan inilah yang menurut dr. Bambang sangat membahayakan. Pasalnya, tak sedikit pria yang setelah mengonsumsi obat kuat aspal (asli tapi palsu, red) ini justru makin loyo atau bahkan terjadi kerusakan organ reproduksi secara permanen.

Obat alami
Banyaknya pria yang tergiur mengonsumsi obat kuat tersebut lantaran ‘iming-iming' keperkasaan di ranjang. Padahal tidaklah benar seks bisa kuat karena obat. Seks kaum pria ditentukan oleh nilai gizi protein tinggi dalam makanan dan kendali otaknya, bukan oleh obat apa pun. Bahwa ada banyak bahan dan senyawa yang diakui mampu menambah kekuatan seks pria, tidaklah benar.

Bahan atau senyawa itu mungkin menambah gairah seks pria. Mungkin juga meningkatkan sensasi seksual atau bisa jadi hanya sekadar sugesti belaka. Potensi seks pria tak dibuatnya bertambah. Jika yang dimaksudkan dengan kuat seks terbatas pada lamanya pria mempertahankan ereksi atau menunda ejakulasi, lebih disebabkan soal teknik dan latihan, bukan karena obat.

Memang diakui dokter lulusan Univesitas Indonesia ini sebelum produsen farmasi menciptakan obat-obat kuat yang banyak beredar di pasaran, obat kuat tradisional sudah jadi semacam legenda. Seperti Purwaceng yang legendaris dari pegunungan Bromo. Konon tumbuhan menjalar ini mengandung obat kuat yang mampu membuat orang bertahan dari ejakulasi. Selain itu, akar ginseng, kimci, tangkur buaya (penis buaya), pasak bumi dan daun poligala yang sering dijadikan lalapan oleh masyarakat Sunda pun dianggap sebagai penambah stamina di ranjang.

“Saya akui beberapa obat tradisional telah teruji secara klinis dan terbukti kebenarannya. Walau terbuat dari bahan yang alami, bukan berarti aman seratus persen. Tetap saja masih ada efek sampingnya?” ujar dr. Bambang. Apalagi umumnya obat penambah kejantanan yang terbuat dari bahan alami ini telah dijual bebas, sehingga pria yang mengonsumsinya harus mengikuti petunjuk yang tertera dan tidak dalam jangka panjang.

Ada juga obat kuat sintetis yang mengandung hormon testosteron. Untuk obat ini pengguna juga harus berhati-hati mengonsumsinya. Sebab, tidak sedikit yang akhirnya terkena gangguan prostat.

Oleh karena itu, sebagai langkah bijak, sebelum memutuskan menggunakan obat kuat atau alat bantu ereksi, calon pengguna seyogyanya berkonsultasi dulu dengan dokter. Paling tidak, berkonsultasi untuk mengetahui penyebab menurunnya kemampuan seksual. Kemudian dokter menentukan pengobatan atau terapi yang cocok. Sehingga obat-obat keperkasaan yang sintetis atau dari bahan kimia harus dibeli dengan resep dokter.

Banyak efek samping
Maraknya penjaja obat perkasa dipinggir-pinggir jalan, kata dr Bambang, tak dapat dipertanggung jawabkan keaslian dan efeknya bagi tubuh. Dokter yang gemar olahraga tenis inipun mengakui sering mendapatkan pasien yang impotennya kian parah, penis menjadi bengkok atau patah dan penebalan pada ujung-ujung syaraf penis sehingga penis mati rasa. Semuanya itu terjadi lantaran penggunaan obat kuat yang sembarangan.

Pasalnya kaum pria sering kali menginginkan kekuatan instan sehingga ketika meminum obat tersebut ingin langsung ‘on’. Parahnya, agar mereka cepat ‘on’ dan tahan lama, mereka menggunakan obat tersebut dua kali atau lebih dari dosis yang dianjurkan. Hal inilah yang mengakibatkan penisnya menjadi mati rasa dan priapism (terus ereksi walau sudah tidak melakukan hubungan intim). Atau bahkan orang tersebut mendapat serangan jantung yang mengakibatkan kematian.

“Pemakaian obat kuat aspal yang berlebihan dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi organ tubuh. Tak sedikit dari mereka yang menjadi gagal ginjal, jantung bahkan kerusakan jaringan otak,” jelas dr. Bambang. Oleh karena itu, Jangan sembarangan memakai obat-obat yang diragukan keasliannya.

Begitu pula dengan obat kuat yang dioleskan ke penis atau buah zakar. Obat oles yang biasa dipakai pada zakar hanyalah membuat kulit zakar mati rasa, tidak berarti menambah kekuatan seks pria. Obat oles ilegal itu konon mampu memulihkan lemah syahwat atau impotensi, dan menambah ukuran alat vital pria. Namun, hasil uji laboratorium menunjukkan, produk oles itu cuma mengandung sejenis minyak jarak, yang sama sekali tak berkhasiat seperti yang diiklankan.

Cara kerja obat
Dokter Bambang mengakui tak sedikit pria yang hilang keperkasaannya karena faktor psikis. Sehingga mensugesti diri sembuh dengan meminum obat tersebut, otomatis membawa dampak yang besar pada perkembangan psikis. Hal ini pula yang terjadi pada beberapa pria, yang tak menyadari bahwa keperkasaannya kembali akibat sugesti yang kuat dalam dirinya. Padahal obat yang diminumnya hanya membuat badan segar.

Hilangnya keperkasaan itu bisa juga akibat tekanan psikologis atau penyakit kronis lain yang diidapnya. Untuk mengobatinya, mereka hanya perlu menenangkan diri dan mengobati penyakit kronisnya agar dapat kembali normal. Namun, diakuinya pula mereka yang datang lantaran terganggunya alat reproduksinya. Sehingga selain memberikan pengobatan untuk penyakit yang diderita, tetapi juga memberi perangsang agar pria tersebut tetap bisa melakukan tugasnya di ranjang. Pemberian obat itu pun harus sesuai dengan yang dibutuhkan.

Sebenarnya cara kerja obat penguat seks ini adalah memberi stimulan ke otak, afrodisiaka atau penambah gairah seks, dan memperpanjang masa ejakulasi. Obat penguat seks yang bekerja stimulan atau merangsang ini membuat stamina seseorang menjadi segar dan bergairah.

Sedangkan yang afrodisiaka atau penambah gairah seks ini meningkatkan libido, menguatkan ereksi dan memperbaiki sirkulasi darah di sekitar penis serta memperbaiki fungsi syarat-syaraf sekitar kelamin menjadi lebih sensitif.

Walau obat-obatan tersebut aman jika dikonsumsi sesuai dengan anjuran dan pengawasan dokter, bukan berarti terbebas dari efek samping yang cukup membahayakan tubuh. Oleh karena itu pemakaiannya harus berhati-hati sehingga tidak terjadi under dosis atau over dosis yang dapat membahayakan tubuh.

Hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian obat kuat adalah kontra indikasinya. Pasalnya banyak pria yang mengidap penyakit jantung menggunakan obat kuat yang justru menimbulkan efek terjadinya serangan jantung. Sehingga bukan keperkasaan yang di dapat, justru maut di tangan.

Oleh karena itu, dr. Bambang mengingatkan bahwa sebenarnya obat kuat sejati sangat mudah didapat, yakni makan makanan bergizi dan berprotein tinggi, pikiran tenang tanpa masalah dan cukup berolahraga.

Dan yang tak kalah pentingnya yakni komunikasi antar suami-isteri harus sehat dan lancar, termasuk komunikasi seks. Suami paham harus memperlakukan isteri, sebaliknya sang isteri juga memberitahukan keinginannya pada suami dalam kegiatan seksual.

No comments: