MENGONSUMSI pil atau suplemen vitamin C dan E ternyata tidak mempengaruhi risiko seseorang mengidap kanker, demikian hasil riset terbaru melibatkan sekitar 15.000 pria di Amerika Serikat.
"Setelah hampir 10 tahun partisipan melakukan suplmentasi vitamin C atau E, kami tak menemukan bukti yang mendukung penggunaan kedua suplemen tersebut dalam pencegahan kanker," ungkap Howard D. Sesso, Sc.D., M.P.H., asisten profesor jurusan kesehatan di Brigham and Women’s Hospital.
"Meskipun penggunaan suplemen vitamin C dan E tidak memberikan manfaat perlindungan, kedua pelengkap itu juga tak menimbulkan bahaya," tambahnya.
Penelitian tersebut, yang didanai National Institutes of Health dan sejumlah produsen vitamin, melacak risiko kanker pada 14.641 dokter pria AS yang menggunakan vitamin E 400 IU setiap hari atau plasebo, atau 500 miligram vitamin V setiap hari atau plasebo. Usia rata-rata partisipan adalah 64 tahun pada awal riset dan perkembangan mereka diikuti selama delapan tahun.
Sebanyak 1.929 kasus kanker ditemukan di antara para partisipan, termasuk 1.013 kanker prostat. Secara keseluruhan, 490 pria yang mengonsumsi vitamin E terserang kanker prostat. Sementara pada kelompok plasebo, kasus kanker dialami 523 pria.
Hasil serupa terlihat pada pengguna vitamin C. Secara keseluruhan, risiko kanker tak memperlihatkan perbedaan mencolok antara kedua kelompok itu.
"Percobaan klinis seperti ini dengan cepat menutup pintu bagi harapan bahwa suplementasi vitamin yang umum ditemukan mungkin melindungi manusia dari kanker," kata Marji McCullough, kepala bagian gizi di American Cancer Society.
"Untuk memperoleh dua vitamin itu dan zat gizi lainnya, American Cancer Society menganjurkan agar masyarakat mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan -- sayur, buah dan jenis padi-padian. Bonusnya ialah jenis makanan itu membantu mencegah kegemukan, yang meningkatkan resiko beberapa jenis kanker," tegas McCullough.
"Setelah hampir 10 tahun partisipan melakukan suplmentasi vitamin C atau E, kami tak menemukan bukti yang mendukung penggunaan kedua suplemen tersebut dalam pencegahan kanker," ungkap Howard D. Sesso, Sc.D., M.P.H., asisten profesor jurusan kesehatan di Brigham and Women’s Hospital.
"Meskipun penggunaan suplemen vitamin C dan E tidak memberikan manfaat perlindungan, kedua pelengkap itu juga tak menimbulkan bahaya," tambahnya.
Penelitian tersebut, yang didanai National Institutes of Health dan sejumlah produsen vitamin, melacak risiko kanker pada 14.641 dokter pria AS yang menggunakan vitamin E 400 IU setiap hari atau plasebo, atau 500 miligram vitamin V setiap hari atau plasebo. Usia rata-rata partisipan adalah 64 tahun pada awal riset dan perkembangan mereka diikuti selama delapan tahun.
Sebanyak 1.929 kasus kanker ditemukan di antara para partisipan, termasuk 1.013 kanker prostat. Secara keseluruhan, 490 pria yang mengonsumsi vitamin E terserang kanker prostat. Sementara pada kelompok plasebo, kasus kanker dialami 523 pria.
Hasil serupa terlihat pada pengguna vitamin C. Secara keseluruhan, risiko kanker tak memperlihatkan perbedaan mencolok antara kedua kelompok itu.
"Percobaan klinis seperti ini dengan cepat menutup pintu bagi harapan bahwa suplementasi vitamin yang umum ditemukan mungkin melindungi manusia dari kanker," kata Marji McCullough, kepala bagian gizi di American Cancer Society.
"Untuk memperoleh dua vitamin itu dan zat gizi lainnya, American Cancer Society menganjurkan agar masyarakat mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan -- sayur, buah dan jenis padi-padian. Bonusnya ialah jenis makanan itu membantu mencegah kegemukan, yang meningkatkan resiko beberapa jenis kanker," tegas McCullough.
No comments:
Post a Comment