Tuesday, June 10, 2008

Kanker Payudara Kian Mengancam

KANKER payudara tampaknya makin menakutkan saja bagi para wanita. Mereka yang berpotensi mengalami penyakit ini diprediksikan akan terus meningkat. Bila tidak ada perbaikan signifikan dari faktor gaya hidup dan kemajuan teknik pengobatan, para ahli memperkirakan pada tahun 2024 nanti satu dari tujuh wanita akan terkena kanker payudara.

Proyeksi bakal meningkatnya jumlah penderita kanker payudara diungkap sebuah riset terbaru para ahli dari Genesis Breast Cancer Prevention Centre di Manchester, Inggris. Riset menyebutkan, faktor gaya hidup menjadi kunci dalam perkembangan kanker ini. Penelitian juga menyatakan, risiko para wanita yang membawa sejenis gen pemicu kanker payudara di Inggris telah meningkat secara dramatis dalam 60 tahun terakhir.

Di Inggris, saat ini diproyeksikan satu dari 10 wanita mengalami penyakit kanker payudara menjelang usia 80 tahun. Peneliti memperkirakan proyeksi ini akan meningkat menjadi satu dari tujuh wanita mengalami kanker dalam 16 tahun mendatang.

Untuk menekan pertumbuhan risiko kanker payudara, pimpinan riset Professor Gareth Evans menyarankan para wanita untuk menikah lebih awal serta mengindari penggunaan obat-obat hormon dan kontrasepsi dalam jangka panjang. Para ahli juga menganjurkan para wanita lebih rajin berolahraga dan menerapkan pola diet yang sehat.

Dalam risetnya, Evans melibatkan 1.442 wanita yang memiliki gen-gen pemicu kanker payudara, yakni BRCA1 dan BRCA2. Sekitar satu dari 500 orang diyakini memiliki gen yang telah bermutasi yang meningkatkan risiko kanker payudara hingga 85-90 persen.

"Peningkatan kasus kanker payudara ini terefleksi dalam populasi secara umum. Pada 1984 hanya satu dari 13 wanita diproyeksikan mengalami kanker payudara dalam hidupnya. Pada 2004, angkanya mencapai satu dalam 10, dan jika rata-rata ini meningkat diprediksikan pada 2024 nanti satu dari tujuh wanita di Inggris akan mengalami kanker payudara menjelang 80 tahun.

"Ini dapat diartikan bahwa akan ada tambahan korban 4.000 orang yang meninggal bila tidak ada perbaikan signifikan dalam hal pengobatan," ujar Evans yang juga memublikasikan risetnya dalam BMC Cancer Journal.

No comments: