Friday, July 11, 2008

Penanganan Menopause di Asia Belum Optimal

Menjelang memasuki masa menopause, banyak perempuan mengalami sejumlah gejala klinis dan psikologis yang mengganggu aktivitas sehari-hari serta menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup dan rasa percaya diri. Sayangnya, hanya sedikit perempuan di Asia yang menjalani pengobatan efektif untuk menopause.

Menopause adalah keadaan wanita yang ditandai defisiensi yang dapat mempengaruhi produktivitas serta kualitas hidupnya. Namun, hal ini bisa diatasi dan diobati, kata Dr Blanca de Guia, Profesor dan Konsultan Obstetri dan Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi UP College of Medicine, Filipina serta Anggota Federasi Menopause Asia Pasifik.

Konsekuensi jangka panjang yang penting mengenai menopause adalah, kehilangan massa tulang yang progresif atau osteoporosis, yang dapat mengakibatkan patah tulang, seperti pada pergelangan tangan, panggul dan tulang belakang. Sejumlah penelitian menunjukkan, wanita pasca menopause berisiko lebih besar terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK) dibanding perempuan pra menopause.

Meski hampir setengah dari wanita menopause yang diwawancarai menyadari bahwa menopause meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah, penelitian itu mengungkapkan, hanya tujuh persen dari para wanita yang mengetahui bahwa terapi sulih hormon dapat membantu menurunkan faktor risiko penyakit jantung dan stroke.

Direktur Pusat Eksperimen dan Penelitian Medis IRCCS San Faffaele Dr Guiseppe Rosano di Roma menyatakan, rekomendasi terakhir dari Perhimpunan Menopause Internasional adalah TSH merupakan pilihan terapi utama untuk menghilangkan gejala-gejala menopause. Data yang diperoleh dari penelitian acak menyatakan adanya penurunan kejadian penyakit jantung yang signifikan sebesar 39 persen pada para wanita yang mulai menggunakan TSH sebelum usia 60 tahun.

Pilihan terapi hormon yang baru berisi estradiol dan dro spirenone efektif mengatasi gejala menopause dan memberi nilai tambah bagi para wanita yang mampu menurunkan risiko terserang penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya jiwa memulai pengobatan sejak dini. Obat itu mengandung progestogen baru yaitu drospirenone yang memberi efek penurunan tekanan darah pada perempuan dan mencegah peningkatan berat badan akibat penahanan cairan tubuh yang dipicu estrogen.

Pada saat yang sama, pasien akan mengalami berkurangnya keluhan rasa kembung dan efek samping lain yang berhubungan dengan penahanan cairan tubuh yang kerap dialami pada penggunaan TSH konvensional. Suatu hal penting bahwa para wanita dan dokter mereka perlu mendiskusikan penatalaksanaan menopause agar membuahkan suatu pendekatan individual yang menawarkan pengobatan cepat serta efektif, ujar Blanca de Guia.

Prof dr Ali Baziad dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam media edukasi, Kamis (10/7), di Jakarta, menjelaskan, kurangnya pengetahuan mengenai menopause ditambah dengan kecenderungan mengabaikan gejala-gejalanya, menyebabkan perempuan Indonesia berisiko serius terhadap kondisi kesehatan jangan panjang seperti keropos tulang dan penyakit jantung.

No comments: