KETIKA Anda harus menolak godaan dan berupaya untuk tetap setia kepada sang kekasih, Anda mungkin harus langsung teringat sebuah lagu The Beatles berjudul "All You Need Is Love". Dengan perasaan cinta, godaan untuk berpaling dari pasangan mungkin saja bisa dihindari atau diredam.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal Evolution and Biology belum lama ini pun menguatkan indikasi bahwa cinta dapat menyelamatkan Anda. Menurut penelitian tersebut, orang yang menumpahkan cinta kepada pasangannya relatif tidak akan tertarik kepada orang lain.
Secara naluriah, manusia sebenarnya tidak pernah mengekang dirinya untuk mendapatkan kepuasan atau kesenangan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manusia cenderung memanjakan dirinya untuk memperoleh kesenangan ketika kesempatan itu datang.
Namun demikian, bila konteksnya dihubungkan dengan cinta dan gairah dalam hal seksual, karakter manusia ini bisa berubah atau berbeda-beda. Banyak yang berhasil meredam godaan tersebut, namun tak sedikit pula yang akhirnya menyerah dan setuju pada ungkapan 'ambilah ketika kesempatan itu datang'. Alhasil, mereka yang mampu meredam gejolaklah akhirnya yang kemudian memiliki hubungan yang awet dan langgeng. Mereka mampu melewati ujian dan melupakan godaan memperoleh kesenangan sesaat.
Menurut peneliti, kemampuan sepasang manusia melewati godaan-godaan ini sebenarnya ditopang sebuah kekuatan bernama cinta. Psikolog ternama, Gian Gonzaga, melalui riset terbarunya telah membuktikan bahwa perasaan cinta akan membuat seseorang tahan terhadap godaan.
Untuk membuktikan teorinya, Gonzaga melibatkan 60 mahasiswa dari University of California di Los Angeles. Mereka adalah pria wanita heteroseks yang telah memiliki pacar sekurangnya tiga tahun. Partisipan diminta untuk melihat-lihat foto dan memilih salah satu yang benar-benar menarik hati. Foto-foto itu diperoleh dari sebuah situs kencan terpopuler.
Partisipan ini kemudian diminta untuk menuliskan sebuah tulisan pendek mengenai apa yang membuat mereka tertarik pada seseorang yang dipilih tersebut. Gonzaga dan timnya lalu membagi para partisipan ke dalam tiga kelompok.
Kelompok pertama lalu diminta menuliskan lagi essay tentang momen paling indah saat merasakan cinta mendalam dengan pacar asli yang mereka miliki. Kelompok kedua diminta untuk mengingat dan menuliskan kembali momen terindah saat melakukan hubungan seks. Sedangkan kelompok ketiga diberi kebebasan untuk menuliskan apa yang berada dalam benak mereka.
Selama menulis esay, para partisipan tetap diawasi dan dinstruksikan untuk tidak memikirkan ketampanan atau kecantikan sosok wajah yang mereka lihat di foto. Namun setiap kali benak mereka dibayangi wajah foto ketika menulis, para partisipan harus mencentang sebuah kotak dalam formulir essay.
Hasil penelitian menunjukkan, kelompok pertama yang fokus pada perasaan cinta ketimbang gairah tercatat tiga kali lebih sedikit mengalami bayang-bayang godaan ketimbang kelompok yang diminta menggambarkan hubungan seks paling berkesan dengan kekasih mereka.
Sementara itu, partisipan yang diberi kebebasan menuliskan pikirannya, tidak mampu menghindari bayang-bayang ketampanan dan kecantikan sosok wajah dalam foto. Kelompok ini juga enam kali lebih banyak mencentang kotak dalam kertas form di banding kelompok cinta.
Menurut, Gonza, kelompok pertama yang fokus pada perasaan cinta menjadi tahan akan 'godaan' karena sosok orang lain menjadi tidak lagi menarik buat mereka.
"Merasakan cinta kepada pasangan romantis Anda tampaknya akan membuat setiap orang menjadi kurang menarik di mata Anda," terang Gonzaga yang juga mempublikasikan penelitiannya dalam New Scientist.
No comments:
Post a Comment